Haji dan Bangunan Peradaban.
H.Abdul Rahman,Lc.*
“Rabbana aku telah tempatkan istri dan anak keturunanku di lembah yang tidak ada pohon di dalamnya,Rabbana jadikan mereka orang-orang yang menegakan shalat,jadikan hati sebagian manusia-yaitu yang beriman-cenderung untuk mengunjungi mereka dan karuniakan kepada mereka buah-buahan agar mereka menjadi orang-orang yang bersyukur”. (QS.14:37).
Untaian doa yang dilantunkan oleh Nabi Ibrahim as mengandung nilai-nilai besar yang menjadi sumber inspirasi pembentukan sebuah peradaban,diantara nilai tersebut adalah :
- Keyakinan. Dalam kondisi yang secara rasional sangat sulit untuk dipenuhi keinginanannya, beliau mengungkapkan dua hal yang bertolak belakang,pertama tanah yang gersang-tidak ada pohonan-,ini adalah satu kondisi yang disadari tidak mungkin mendapatkan buah sebagai bekal untuk istri & anaknya, kedua : meminta agar Allah mengaruniakan buah-buahan. Ini adalah sebuah keyakinan atas kemutlakan kekuasaan Allah yang bisa berbuat melampui batas-batas kausalitas rasioanalitas makhluk-Nya. Inilah telaga rasa optimis yang tidak akan pernah kering.
- Kekuatan spiritual. Disamping keyakinan yang sangat kuat,hal yang beliau minta adalah kekuatan membangun hubungan dengan Allah dalam bentuk menegakan shalat. Karena dari sinilah otot-otot spiritual dan emosional seorang manusia yang merupakan subjek sebuah peradaban akan kuat. Bagaikan sebuah karet,jiwa seseorang yang memiliki hubungan yang baik denga Rabbnya akan kenyal,tidak mudah dihancurkan,dipatahkan dan dilemahkan.
- Hubungan dengan orang lain. Nabi Ibrahim menyadari bahwa tidak mungkin dia bisa hidup hanya dengan keluarganya saja,maka dia memohon kepada Allah agar Allah memberikan keistimewaan kepada Keluarganya sehingga hati sebagian manusia cenderung kepada mereka,tentunya keistimewaan tersebut adalah nilai-nilai luhur berupa akhlak yang mulia. Dan dalam sejarah, Nabi Ibrahim dan keluarganya di kenal sebagai manusia yang memiliki kepribadian yang mulia sehingga banyak manusia yang simpati kepada mereka dan ingin tinggal bersama mereka.
- kekuatan sumberdayai. factor keempat ini merupakan ikutan/turunan dari dedikasi dan kekuatan kepribadian namun Nabi Ibrahim tetap memintanya secara khusus “Warzuqhum muinatsamarati”. Karena ketika kekuatan ini dimiliki oleh orang-orang shaleh maka akan dimanfaatkan untuk kemaslahatan kemanusiaan dan totalitas penyembahan kepada Rabb semesta Alam. Disamping itu ketika kekuatan ini menyatu dengan nilai-nilai maka akan mudah untuk mengeksekusi nilai tersebut dalam kehidupan nyata dan lebih luas dan ini akan memberikan pengaruh yang besar dalam proses pembentukan peradaban.
Dalam Ibadah Haji terdapat aplikasi nilai-nilai peradaban yang akan menjadikan umat Islam memimpin peradaban Dunia,diantara aplikasi nilai peradaban tersebut :
- Rabbaniyah. Yaitu penegakan nilai-nilai ketauhidan,inilah tonggak utama sebuah peradaban. Maka Nabi Ibrahim sebagai pendiri Kota Mekkah merupakan pelopor ketauhidan dan perintah yang pertama kali Allah swt sampaikan ketika Nabi Ibrahim,as selesai membangun Ka’bah adalah menghilangkan segala bentuk sembahan selain Allah swt,sebagaimana firman-Nya “ Dan (ingatlah), ketika kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumahKu Ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud.(22:26)
- Persamaan. Dalam Ibadah Haji tidak ada perbedaan diantara manusia mereka semua sama dalam satu pakaian, yang menunjukan bahwa perbedaan diantara mereka hanyalah satu yaitu ketaqwaan. Dalam hal ini Baginda Rasul telah menegaskan dalam sabdanya “ Tidak ada keutamaan orang arab diatas selain arab,orang yang berkulit putih diatas yang berkulit hitam kecuali yang membedakan mereka adalah taqwa”.
- Perdamaian. Dalam Ibadah Haji tersemai semangat perdamaian dengan begitu kuat,karena ibadah haji dilaksanakan dibulan-bulan yang di hormati (Asyhurul hurum) yang tidak boleh ada peperangan di dalamnya. Dan bagi yang melaksanakan ibadah haji dilarang untuk berburu dan mencabut pohonan. Disamping itu dengan sesama muslim yang melaksanakan ibadah haji agar menjaga adab agar tidak ada yang disakiti. Allah swt abadikan dalam firman-Nya “(Musim) haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, Maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah mengetahuinya. Berbekallah, dan Sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku Hai orang-orang yang berakal.”.(2:197)
- Kedisiplinan. Rangkaian ibadah haji sangat panjang dan melelahkan,maka ketika tidak dilakukan dengan kedisiplinan yang tinggi -terlebih ketika dilakukan oleh jumlah manusia yang sangat banyak- maka akan mengalami hal-hal yang bisa jadi justru tidak sesuai dengan tujuan dari pelaksanaan haji yaitu mendapat haji yang mabrur dengan semakin kokoh dan tercerahkannya jiwa.
- terbiasa survive. Dalam melaksanakan haji suasanannya serba kurang,disamping waktu dan tenaga yang harus di kuras,maka sesungguhnya haji mengajarkan agar setiap mukmin menjadi manusia yang survive disetiap keadaan,karena hanya dengan sikap seperti itu sebuah peradaban bisa di bangun,dalam sebuah hadits Rasul saw mengisyaratkan hal tersebut “ Seorang Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah swt dari Mukmin yang lemah dan di keduanya banyak kebaikan” (HR.Bukhari).
Karakter Peletak Peradaban.
Sebagai peletak fondasi peradaban, Nabi Ibrahim dan keluarganya telah menjadi contoh yang nyata sebagai manusia-manusia tangguh yang pantas diabadikan oleh Allah dalam firman-firman-Nya sebagaimana Firman Allah dalam Surah 60:4
“Sesungguhnya Telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan Dia…”
*- Ketua MPW Partai Keadilan Sejahtera Propinsi Kep. Riau
- Aleg DPRD I Prop. Kepri dari Fraksi PKS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar