Rabu, 10 Desember 2008

Pilar-Pilar Keshalehan Masyarakat

Pilar-Pilar Keshalehan Masyarakat

H.Abdul Rahman,Lc

“Kaifa Takunu Turasu” yang artinya bagaimana keadaan kamu,begitulah kondisi pemimpin kamu. Sebuah kata-kata bijak yang patut menjadi sebuah renungan, bahwa kepimpinan yang ada dilingkungan kita tidak akan pernah lepas dari kualitas masyarakat yang memilih pemimpin tersebut. Maka Al-Quran telah memberikan gambaran kepada kita bagaimana membentuk fondasi keshalehan di tengah kehidupan masyarakat sehingga akan muncul dari masyarkat tersebut pemimpin yang shaleh sesuai dengan karakter dan keadaan masyarkat tersebut.

Diantara ayat yang ada di dalam Al-Quran yang berbicara tentang hal tersebut adalah Surah Hud ayat 112. “ Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar,sebagaimana diperintahkan kepada kamu,dan juga orang yang bertaubat beserta kamu dan jangan kamu melampui batas.Sesungguhnya dia maha melihat apa yang kamu kerjakan.”

Ada satu catatan penting yang perlu di ketahui sebelum kita membahas ayat ini, bahwa ayat ini di dahului ayat-ayat yang bercerita tentang kehancuran umat terdahulu dan sebab – sebab kehancuran mereka.Kisah Nabi Nuh (ayat 25-49) yang Allah hancurkan umatnya dengan banjir bandang disebabkan mereka mempunyai karakter keras kepala.Kisah Nabi Hud dan Nabi Shaleh (ayat 50 – 68) yang Allah binasakan mereka dengan guntur disebabkan mereka mempraktekan premanisme untuk menteror Nabi mereka.Kisah Nabi Luth (ayat 75-83) yang Allah binasakan dengan melemparkan kaumnya dengan batu panas dan membalikan tempat yang mereka pijak kemudian membenamkan mereka,dikarenakan mereka melakukan penyimpangan seksual. Kisah Nabi Syuaib yang kaumnya Allah hancurkan juga dengan guntur dikarenakan mereka melakukan kecurangan dalam bisnis dan perdagangan. Dan terakhir kisah Nabi Musa yang Allah Laknat umatnya karena banyak melakukan tipu daya.

Dari latar belakang ini seakan Allah SWT memberikan isyarat kepada kita,bahwa untuk mendapatkan keselamatan dari berbagai macam azab yang telah Allah berlakukan terhadap umat terdahulu,maka kita harus membangun fondasi keshalehan dalam kehidupan bermasyarakat.

Lima Pilar Keshalehan.

Dari ayat 112 Surah Hud ada 5 fondasi keshalehan yang harus ditegakan oleh masyarakat untuk meraih kebahagian di dunia dan diakherat.

1. Pilar Keistiqamahan (Komitmen). “Fastaqim”. Masyarakat yang istiqomah adalah masyarakat yang unik. Keunikan tersebut tergambar dengan karakter-karakter istimewa mereka,berupa keberanian,ketenangan jiwa dan rasa optimis yang tinggi.hal tersebut dikarenakan mereka mempunyai keyakinan bahwa dunia bukanlah bagian terakhir yang Allah sediakan untuk mereka,tapi masih ada bagian lain yang lebih besar yang akan mereka dapatkan yaitu syurga Allah SWT.Di samping itu istiqomah merupakan cara yang paling tepat untuk menjaga kualitas keislaman,sebagaimana yang Rasul saw sampaikan ketika ada salah seorang shahabat yang bertanya tentang bagaiman menjaga keislaman,Rasul SAW menjawab “Qul amantu billahi tsummas taqim”.Jadi untuk menjaga keislaman: 50% Iman dan 50% berikutnya adalah keistiqomahan.

2. Pilar Konsep. “Kamaa umirta” Disamping keistiqomahan,kekuatan konsep menjadi hal yang penting,karena suatu masyarakat yang mempunyai konsep adalah masyarakat yang bukan hanya mempunyai semangat,tetapi juga mempunyai semangat dan komitmen yang dibingkai dengan konsep yang jelas. Konsep yang dimaksud adalah adalah nilai-nilai yang telah di turunkan oleh Allah dan diwariskan oleh Rasulullah saw,sebagaimana sabda Rasul saw “ Taruktu fikum amrain lan tadhillau intamasktum bihima kitaballahi wa sunnata rasulihi” artinya aku tinggalkan kepada mu dua sumber yang apabila kamu berpegang teguh maka kamu tidak akan sesat selamanya yaitu kitab Allah dan sunnah Rasul SAW.

3. Pilar Moralitas. “Wa Man Taba”. Pilar ini diungkapkan oleh Allah SWT dengan kalimat taubat. Karena taubat merupakan bukti bahwa seseorang atau sebuah masyarakat masih mempunyai moralitas,sebab dia menyadari bahwa dirinya melakukan kesalahan. Namun apabila sebaliknya,yaitu merasa bangga dengan dosa dan tidak mau bertaubat, sesungguhnya mereka telah terjerumus ke titik terendah dari sebuah moral. Dan taubat akan berfungsi sebagai pilar moralitas apabila di sertakan dengan syarat-syarat taubat. 1. Adanya penyesalan.2. Meninggalkan dosa tersebut.3.adanya tekad tidak akan mengulangi.4.apabila dosa kepada sesame manusia maka harus di lengkapi dengan mengembalikan hak-hak manusia, baik dalam bentuk materi mapun dalam bentuk immateri yaitu dengan meminta maaf kepada yang bersangkutan. Tentang pentingnya bertaubat sebagai sarana untuk memperkuat benteng moralitas, Rasulullah saw telah memberikan contoh kepada kita,dengan bersabda “ Wallahi inni la astaghfirullaha fil yaumi sab’iina marrah,” wa fi riwayah “ Miata marrah”. Artinya Demi Allah sesungguhnya aku meminta ampun dan bertaubat kepada Allah dalam satu hari 70 kali,dalam riwayat yang lain di sebutkan 100 kali”.

4. Pilar Kebersamaan. “Ma’aka”. Masyarakat yang shaleh adalah masyarakat yang mampu membangun soliditas.Mereka tidak tersekat-sekat dengan semangat primordial,tetapi mereka diikat hanya dengan keimanan kepada Allah.Soliditas dan kebersamaan yang mereka bangun dalam rangka “ Ta’awun alal birri wa taqwa” dan memperjuangkan nilai-nilai universal. Termasuk dalam membangun koalisi yang mereka utamakan adalah koalisi yang positif kontruktif,koalisi untuk melahirkan pemimpin yang adil dengan tetap di sertai sikap kritis apabila pemimpin yang mereka dukung keluar dari nilai-nilai luhur yang mereka perjuangkan.

5. Pilar Kedisipilinan. “Wala Tathgau”. Masyarakat yang disiplin adalah masyarakat yang sukses.Kedisiplinan merupakan bukti kualitas sebuah masyarakat. Dan Islam merupakan Din yang sarat dengan nilai-nilai kedisiplinan. Sebagai contoh shalat 5 waktu,apabila kita perhatikan ternyata disana banyak nilai-nilai kedisiplinan yang kita dapatka.Begitu pula dengan ibadah puasa yang mendidik kita dengan kedisiplinan yang sangat luar biasa.Dari sikap disipilin inilah akan lahir masyarakat yang professional. Yang sangat dicintai oleh Allah SWT, Rasulullah saw bersabda “ Sesungguhnya Allah sangat mencintai seorang hamba yang apabila bekerja dia lakukan dengan penuh kedisiplinan” (HR.Hakim).

Istiqomah,konsep,moralitas,kebersamaan dan kedisiplinan merupakan nilai-nilai yang harus hadir setiap saat, dan hal itu tidak akan terealisir kecuali apabila masyarakat tersebut mempunyai perasaan selalu merasa diawasi oleh SANG PENCIPTA,maka di akhir ayat tersebut ALLAH tutup dengan kalimat “ Sesungguhnya DIA maha melihat apa yang kamu lakukan”. Inilah semangat yang tidak akan pernah pudar dan mati,karena landasan nilai tersebut di kaitkan dengan Dzat yang Maha Hidup dan Maha Menghidupkan.

ALLAHUMA WAFFIQNA LIMA TUHIBBUHU WA TARDHAHU.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar